4.19.2011 | By: Fairynee

SEPOTONG RINDU TERUNTUK BIDADARI YANG MENCINTAI KEHENINGAN

Demikianlah keheningan menjadi guru paling bijak teruntuk gundah yang merayap dalam kepalamu. Gelisah yang menggaduh menjadi baitbait petuah dalam ruang sempit tak kasat mata. Menyerah bukan berarti kalah, sayang. Sepotong kalimat itu telah menjadi jimat yang kerap kurapal menjelang malam.

Waktu telah mengajarimu bagaimana merenda air mata menjadi sejaring kenangan yang memang tidak selalu buruk. Bahkan kau telah fasih, cara paling lembut mengelus dada saat kecewa menghantam. Hidup terlalu indah untuk disajakkan dengan nada minor, sayang.... Padahal aku tahu pasti, matamu telah letih meruahkan gerimis, bahkan tak jarang menjelma hujan.


Tiaptiap kita memiliki sepasang sayap yang tidak terlihat tersebab kita lebih memilih menangisi takdir yang terkadang suka mempermainkan sabar.

Sepasang sayap yang perlahan rekah dan kau mulai mahir mengepakkannya. Mari sayang, kita jelajahi megamega yang menyimpan sejuta misteri. Tanpa beban seolaholah masalah hanya setitik debu yang segera purna.

Perjalanan masih panjang. Bukan tak mungkin di depan sana, bebatuan terjal, onak, mungkin jurang paling suram menganga, memantulkan ketakutan paling maut. Seperti kuatir yang akhirakhir ini menghantui tiap helai mimpimu.

: Rindu adalah kau yang belajar menjejak hari dengan tabah