Tak terasa waktu terus merangkak. Senja terus berganti menyisakan semburat kenangan dalam ingatan. Lalu jam di dinding mengingatkan ada banyak hal yang belum selesai. Ada rindu yang belum sempat dijenguk juga hati yang sering menggigil oleh air mata.
Aku mengerti bila dewasa bukan sekedar bilangan umur dalam hitungan jari. Dewasa itu relatif, demikian aku sering mendengar celoteh mereka. Lalu aku pun merenung, sudahkah aku cukup dewasa, sementara aku acapkali memeluk ratap dalam diam. terus saja menggantung mimpi tentang bintang yang terasa kian jauh oleh jangkauan jemari kecilku.
Bahkan di ujung angka 24, aku masih mengurai doa pada sang Khalik bila bintang akan segera menjelma menjadi bait-bait doa untukku malam ini. Tak mengapa bila cuma sejenak. Itu lebih dari kata cukup sebagai penyejuk.
Tapi aku tak bisa menghentikan langkah sang waktu. Karena itu aku berusaha untuk bisa mengerti walau terkadang tak pernah mengerti. Aku menyadari bila segala hal yang boleh kuhadapi adalah bentuk pembelajaran. Belajar untuk dewasa. Belajar untuk belajar.
Karena itu sebelum menutup kisah di angka 24, aku meminta pada Sang Khalik agar memberiku kekuatan. Kekuatan untuk menghadapi ketidakpastian. Kekuatan untuk mengerti dalam ketidakmengertianku. Setidaknya air mata yang terjatuh adalah air mata kemenangan untuk setiap pergumulan.
Aku mengerti bila dewasa bukan sekedar bilangan umur dalam hitungan jari. Dewasa itu relatif, demikian aku sering mendengar celoteh mereka. Lalu aku pun merenung, sudahkah aku cukup dewasa, sementara aku acapkali memeluk ratap dalam diam. terus saja menggantung mimpi tentang bintang yang terasa kian jauh oleh jangkauan jemari kecilku.
Bahkan di ujung angka 24, aku masih mengurai doa pada sang Khalik bila bintang akan segera menjelma menjadi bait-bait doa untukku malam ini. Tak mengapa bila cuma sejenak. Itu lebih dari kata cukup sebagai penyejuk.
Tapi aku tak bisa menghentikan langkah sang waktu. Karena itu aku berusaha untuk bisa mengerti walau terkadang tak pernah mengerti. Aku menyadari bila segala hal yang boleh kuhadapi adalah bentuk pembelajaran. Belajar untuk dewasa. Belajar untuk belajar.
Karena itu sebelum menutup kisah di angka 24, aku meminta pada Sang Khalik agar memberiku kekuatan. Kekuatan untuk menghadapi ketidakpastian. Kekuatan untuk mengerti dalam ketidakmengertianku. Setidaknya air mata yang terjatuh adalah air mata kemenangan untuk setiap pergumulan.
0 komentar:
Posting Komentar