12.11.2010 | By: Fairynee

MELANKOLIA PAGI YANG ENTAH (2)

Selesai sudah,
tak perlu menggantung tanya di kaca jendela kamarku
seperti aku yang membuang tanya itu ke liang lahat
tepat saat kususut air mata terakhir
bahkan embunembun di pepucuk dedaunan pun bermakna
walau adanya mungkin untuk disapu terik yang perlahan meninggi.
pun bening yang pernah jatuh, ingatkanku
waktu terbuang demi sesuatu yang entah sejak mulanya.

Sudahlah, lalu memang lebih layak dikenang
percayalah, kelak, kita akan membicarakannya kembali di beranda rumahku
sebagai jejakjejak yang sekarang pun aku tak tahu,
pantaskah disebut kesalahan?

Besok, aku mau belajar merindu lagi.

0 komentar:

Posting Komentar