6.25.2011 | By: Fairynee

Day 01: Surat tanpa Arah

Dear,


Aku tahu kamu pasti akan bingung saat menerima surat ini. Kamu pasti akan berkomentar sambil mentertawakan ulahku yang kamu anggap konyol ini. Kenapa musti mengirim surat, bukannya  setiap saat aku bisa menekan tombol ponselku, mencari nomormu, lalu kita akan terlibat dalam perbincangan yang sangat panjang dan sebagian besar tidak penting. Bahkan baru kemarin kita saling berbagi cerita tentang banyak hal, termasuk kisah pertemuanmu dengan lelaki yang tiba-tiba menawarkan cinta dalam hidup ketika kau merasa apatis dengan yang namanya cinta. Kamu tahu, aku senang mendengarnya, setidaknya kamu tidak perlu lagi mengenang masa lalu yang menghancurkanmu dengan tindakannya yang plin-plan.

Kau pasti ingat pendapatku tentang masa lalumu itu. Sudah, jangan lagi memikirkan orang yang bahkan tidak bisa bertanggung jawab dengan pilihan yang dibuatnya sendiri. Hahaha, pendapat yang malah kontradiksi denganku (Tapi seperti kata pepatah, jangan lihat siapa yang menyampaikan tapi apa yang disampaikannya). Dalam hidup, kita musti memilih, iya atau tidak, maju atau mundur, menerima atau menolak, berjuang atau menyerah, dan kita tidak bisa menggenggam kedua-duanya. Dan kita telah menjalani pilihan-pilihan yang telah kita buat sendiri. Kau pasti ingat saat-saat kita duduk di bangku sekolah. Kita pernah menulis banyak impian, cita-cita, angan-angan dan bahkan racauan yang tidak penting sepanjang waktu kita, dan saat ini aku baru merasa betapa naifnya kita dulu karena hidup malah membawa kita pada kenyataan yang sangat berbeda dari semua itu.

Jujur saja, aku merasa sedikit iri denganmu. Dalam perjalananmu saat ini (yang tentunya merupakan pilihan hidupmu), kau menjalaninya dengan ikhlas meski dengan segala keterbatasan dan kekurangan. Banyak hal yang menyimpang dari rencana-rencana sebelumnya, tapi kau menjalaninya dengan santai, seolah-olah inilah pilihanmu itu, sementara aku? Ah.... Itu sebabnya aku sangat malu tiap kali mengeluh dan mengeluhkan hal pasti menurutmu tidak mensyukuri keadaan. Tapi kau berkata, itu merupakan suatu  kewajaran, hakikat hidup. Terkadang apa yang kita miliki terasa tidak lebih baik dari apa yang dicapai orang lain dan  merasa kalau mereka lebih beruntung. Hah! Padahal aku sering kali menuliskan itu dalam sajak-sajak, cerpen atau sekedar catatan-catatanku, tapi sangat sulit untuk diaplikasikan. Kau ingat, dalam pembicaraan kita yang kesekian, aku mengadu sambil menangis karena masalah pelik tentang pekerjaanku?

Kita memang pribadi yang berbeda, tapi itu yang membuat persahabatan kita indah.

Benar sekali, kau dengan kesederhanaan pemikiranmu, dan aku dengan pertanyaan-pertanyaan yang terkadang tidak masuk akal dalam kepalaku. Kau dengan segala keikhlasanmu menjalani takdir, sementara aku terus saja berkutat dalam pencarian arti hidup itu sendiri. Dan perbedaan itu yang sering kali menjadi topik pembicaraan kita, selain mengenai cinta tentunya.

Dan setelah membaca surat ini, kau pasti akan semakin mentertawakanku karena bahkan aku sendiri tidak tahu hal penting apa yang ingin kusampaikan padamu dalam surat ini karena semua itu telah kuceritakan sebelum dan sebelumnya lagi. Tapi ada yang pernah bilang padaku, ada perasaan-perasaan tersendiri saat menulis surat dan  tidak bisa diperoleh dengan mengetikkan pesan singkat, pembicaraan jarak jauh melalui telepon, atau bahkan menulis email sekalipun. Mungkin ini yang dimaksud olehnya. Perasaan-perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata. Hahaha, saatn ini pasti kau sedang menggumam, dasar penulis sinting, omongannya selalu saja tak masuk akal.


Baiklah, aku akan menyudahi racauanku ini. Aku hanya ingin bilang, aku sangat bersyukur karena memiliki sahabat sepertimu, dan ingin sekali mengenalkanmu dengan duniaku yang dipenuhi orang-orang hebat. Aku ingin mengenalkanmu dengan teman-teman lainnya yang banyak menginspirasi dan mengajarkanku bagaimana mewarnai hidup, menjalani tiap fase, dan cara menjinakkan hal-hal gila dalam kepalaku. Kau sudah sering  mendengar perihal mereka dalam percakapan-percakapan kita sebelumnya, bukan? Ah, aku ingin sekali menarikmu dari dunia sempit itu, dan mengajakmu menjelajah dunia luas   yang katanya banyak menyimpan pengalaman-pengalaman fantastis.


Ohya, kau mesti memikirkan, apa yang akan kita lakukan menjelang perayaan hari lahir kita nanti. Kau pasti mengingat rencana kita sebelumnya, bukan?


Salam sayang,

1 komentar:

April's Corner mengatakan...

nee, kecil amat tulisannya T.T

Posting Komentar