: Tasikmalaya, 2 September 2009
Kamu ingat,
dulu aku sering memujimu. kataku,
: kamu cantik, Euis…
Saat itu. parasmu likat serupa laku kucing. manis
Sore ini. kau pun tetap terlihat cantik, meski
: kamu cantik, Euis…
Saat itu. parasmu likat serupa laku kucing. manis
Sore ini. kau pun tetap terlihat cantik,
air mata bercampur debu
pun gurat-gurat lirih yang mungkin tak sempat melirih.
Kau tetap cantik, Euis…
meski matamu terpejam dengan puing-puing melumur di rambut legammu yang dulu
selalu menjuntai bak mayang.
Pekik menyayat hati yang membaur di udara tak mengurangi cantikmu
Kau tetap cantik, Euis…
meski matamu terpejam dengan puing-puing melumur di rambut legammu yang dulu
selalu menjuntai bak mayang.
Pekik menyayat hati yang membaur di udara tak mengurangi cantikmu
Aku sama sekali tak bohong, Euis…
kamu masih terlihat cantik meski bibirmu
tak menggumankan senyum
matamu tak berbinar
lesung pipimu tak membentuk ceruk.
(ah, tiba-tiba saja aku merindumu; Aku ingin segera menjenguk puing-puing yang menimbun senyummu)
(ah, tiba-tiba saja aku merindumu; Aku ingin segera menjenguk puing-puing yang menimbun senyummu)
0 komentar:
Posting Komentar