/1/
Kau pikir,
kemarau takkan beranjak karena
terik cuma sejengkal di atas kepala, tapi
sore tadi. hujan menghardik kemarau. lancang
: peraduanmu mulai tenggelam dalam resah
/2/
Setelah puas bercengkerama dengan hujan. tadi sore
kau pun berkata: Aku ingin melukis hujan
semenjak itu, gerimis tak kunjung mereda;
gigi pun beradu dalam gemerutuk
: ah, aku merindukan binar matamu. Sungguh
0 komentar:
Posting Komentar