1.23.2011 | By: Fairynee

DI SELA JEDA


Lalu dalam setengah perjalananmu
kau bersimpuh
tergugu menghitung getir yang pecah di dada
kecewa bergelung lalu setumpuk keluh yang terujar
buramkan mimpi yang tersembunyi di balik bantal
Sementara rindu telah beku, tak sempat dijenguk
bibir pucat menghitung resah tentang
esok yang memang tidak pernah pasti.

Nyatanya semua lalu serupa angin
dicatat oleh waktu dalam lembar yang disebut kenangan
(pikirmu, benar adanya, segala terjadi bukan tanpa seijinNnya)

Lalu kau meletakkan kuatir di atas meja perjamuan
meski lutut masih gemetar, kakimu melangkah mantap
:cukup dengan percaya. Besok akan baikbaik saja

(Kelak kau membaca kenangan dengan syukur yang tak henti meluncur)

Medan, 011911

0 komentar:

Posting Komentar