6.27.2011 | By: Fairynee

DAY 03: BUKAN DALAM DONGENG

Aku tidak tahu apakah lagu ini pantas disebut lagu yang membuat mood turun apalagi sampai menciptakan kemurungan. Tapi lagu ini sempat menjadi OST buat untuk beberapa bulan. Hmmm, mungkin bukan membangkitkan kesedihan tapi lebih tepatnya disebut sebagai semacam peringatan (warning atau alarm) untuk wake up dari angan-angan kosong.

Lagu ini dibawakan oleh Tailor Swift dalam album Fearles yang diluncurkan pada tahun 2008, merupakan single kedua setelah single Love Story. Tailor Swift sendiri merupakan penyanyi asal Pennsylvania dengan genre musik Country. Swift paling dikenal oleh media karena rambut curly emasnya dan mata kucingnya yang berwarna biru. Single ini berhasil meraih dua Grammy Award sekaligus untuk Best Country Song dan Best Female Country Vocal Performance.



"White Horse"

Say you're sorry
That face of an angel
Comes out just when you need it to
As I paced back and forth all this time
Cause I honestly believed in you
Holding on
The days drag on
Stupid girl,
I should have known, I should have known

[Chorus:]
I'm not a princess, this ain't a fairy tale,
I'm not the one you'll sweep off her feet,
Lead her up the stairwell
This ain't Hollywood, this is a small town,
I was a dreamer before you went and let me down,
Now it's too late for you and your white horse to come around

Baby I was naive,
Got lost in your eyes
And never really had a chance
My mistake, I didn't know to be in love
You had to fight to have the upper hand
I had so many dreams
About you and me
Happy endings
Now I know

[Chorus:]

And there you are on your knees,
Begging for forgiveness, begging for me
Just like I always wanted but I'm so sorry

Cause I'm not your princess, this ain't a fairytale,
I'm gonna find someone someday who might actually treat me well
This is a big world, that was a small town
There in my rear view mirror disappearing now
And it's too late for you and your white horse
Now it's too late for you and your white horse to catch me now

Oh, whoa, whoa, whoa
Try and catch me now
Oh, it's too late
To catch me now


Unsur Dongeng
Aku tidak tahu pasti, sejak kapan aku tenggelam dalam dunia dongeng itu, tapi sejak dulu aku sangat suka dengan image putri-putrian. Jangan bayangkan kalau dunia kanak-kanakku akrab dengan dongeng-dongeng seperti Disney Princess, sebab kondisi tidak mengijinkanku untuk berkenalan dengan konsep itu baik melalui media elektronik maupun bacaan, dan kedua orang tuaku bukanlah seorang pendongeng yang mahir. Dulu, aku lebih akrab dengan tokoh super hero (seperti power ranger, Superman, Sailor Moon, dll) ketimbang konsep putri super lucky yang ditakdirkan hidup bahagia selamanya.

Fairynee
Princess
Cinderella

Kesemua nickname yang sering kali kupakai itu berhubungan dengan dunia dongeng. Bila mengabaikan asal muasal julukan itu, maka orang akan berpikir betapa aku sangat terobsesi akan konsep dongeng.

I'm not a princess, this ain't a fairy tale,
I'm not the one you'll sweep off her feet,
Lead her up the stairwell
This ain't Hollywood, this is a small town,
I was a dreamer before you went and let me down,
Now it's too late for you and your white horse to come around

Lirik itu telah berhasil menyindir akan segala kenaifanku sejak dulu. Naif? Dunia dongeng dan konsep putri-putrian serba sempurna itu selalu diindentikkan dengan kenaifan. Cobalah lebih realistis, aku ingat sekali akan nasihat temanku beberapa waktu lalu.

Kita semua memiliki mimpi, dan hidup dalam mimpi-mimpi itu. Seseorang yang tidak memiliki mimpi tidak sepenuhnya hidup. Lalu apakah memeluk mimpi bisa disebut juga dengan kenaifan?

Pada Suatu Hari dalam Rentang Ingatan.
Alkisah tersebutlah seorang pangeran yang mengadakan perjamuan besar, mencari seorang pendamping hidupnya kelak. Dalam pesta tersebut dia menemukan seorang perempuan terlihat begitu menawan. Mereka menghabiskan waktu dengan berdansa dan saling menatap, dan sang pangeran merasa bahwa dia telah menemukan apa yang dicarinya. Sayang, waktu berdentang dua belas kali, pertanda mereka mesti berpisah.

Lalu kita sebagai pembaca menebak, serta dalam pencarian sang pangeran ke penjuru negeri, menenteng sebelah sepatu kaca yang tertinggal di anak tangga. Dan seperti yang dapat ditebak sebelumnya, betapa pun takdir menyembunyikan pujaan hatinya, akhirnya mereka bersatu.

ah, dongeng yang terlalu mengada-ada. Bagaimana bila kita ubah alurnya sedikit. Seorang perempuan yang datang ke suatu perjamuan pesta, memandang pangeran tampan pujaan hatinya berdansa dengan banyak perempuan cantik. Dia, yang berada di sudut yang terlihat hanya bisa membayangkan sang pangeran menghampirinya, lalu mereka berdansa. Tapi dia tidak mempunyai sepatu kaca, artinya bukan ia yang akan terpilih.

Ya, bayangkan betapa kecewanya ia saat angan-angan justru mempermainkannya. Sang pangeran tampan memang menghampirinya, lalu mereka bercengkerama panjang lebar hingga ke soal yang lebih personal. Dia jatuh hati tapi sayangnya, kebahagian menjebaknya hingga terjerembab dalam kubangan. Dia tidak mempunyai sepatu kaca sebagai penanda bagi sang pangeran untuk mencari tahu keberadaannya. Tidak ada romantisme dan tentu saja tidak ada happily ever after sebagai penutup cerita.

Sebab kita memang tidak hidup dalam dongeng, dan banyak hal dalam hidup ini yang tidak bisa kita samakan dengan fairytale.

Konsep Fairytale dan Realitas
Saya tidak tahu. Mungkin selamanya konsep itu akan melekat dalam diri saya, atau mungkin pula tidak, saya benar-benar tidak tahu. Tapi masa lalu telah mengajarkan banyak hal termasuk untuk lebih realistis menyikapi apapun. Tidak ada sosok putri yang sempurna sebab dalam dunia ini tidak ada kesempurnaan, dongeng tidak berlaku di sini.

Tapi satu hal yang aku yakini, meski bukan dongeng, tapi happily ever afeter itu ada. Dunia ini tidak berbentuk persegi tapi bulat seperti roda, yang akan terus berputar. Mungkin saat ini aku berada di bawah tekanan, tapi bukan tidak mungkin besok aku akan menuai tawa.

"Dan semestinya kita menyikapi segala sesuatu tidak dengan berlebihan agar tidak jatuh dalam kekecewaan."

0 komentar:

Posting Komentar