7.03.2011 | By: Fairynee

DAY 01: HIDUP DAN PERTANYAAN-PERTANYAAN YANG TAK SELESAI

Sebenarnya ini bahasan pengganti untuk hari pertama tantangan campuran (melirik mbak Ria Aprilia, minta persetujuan, hehehe...). Bahasan yang berat dan maaf bila melebar kemana-mana, dan racauan saya malah membingungkan.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Yang fana adalah waktu. Kita abadi:
memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa.
"Tapi,
yg fana adalah waktu,bukan?"
tanyamu. Kita abadi.
(SAPARDI DJOKO DAMONO, HUJAN BULAN JUNI, 1978)


Apa sesungguhnya hakikat hidup? Pertanyaan itu muncul bukan hanya hari ini saja, tapi kerap melintas dalam batas-batas waktu yang tak menentu. Mungkin teman-teman juga pernah memiliki pertanyaan yang sama dengan saya saat ini?

Apa hakikat hidup yang sebenarnya?
Apakah hidup itu hanya seputar lahir, tumbuh,menjadi dewasa, menikah, lalu melahirkan jiwa yang lain lagi kemudian menua?
Apa tujuan dari perjalanan selama ini?

Betapa sangat sederhananya jika kita mengurutkan siklus hidup yang dilalui. Terlahir ke dunia, ltumbuh menjadi kanak-kanak, bersekolah, kuliah, mencari pekerjaan, lalu berkeluarga dan memiliki keturunan, kemudian menjadi tua. Sungguh kita tidak berbeda dengan makhluk ciptaanNya yang lain. Mungkin yang sedikit menjadi pembeda adalah nalar yang dianugerahkan kepada kita, tapi kemungkinan bila tidak semua manusia menggunakan akal itu dengan semestinya.tentu saja ada, bukan?
Maaf bila saya meracau lagi. Saya sedang tidak berfilsafat, atau sedang menggurui karena saya juga sedang mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu. Bermula dari rasa jenuh yang menghampiri, bukan saja dari rutinitas pekerjaan tapi juga pola hidup yang sepertinya mengalami stagnasi. Betapa membosankan ketika saya bangun pagi, menghabiskan waktu di kantor, lalu kembali pulang ketika matahari hampir tenggelam, makan, lalu kembali tidur, dan keesokan harinya bangun dan melakukan aktivitas yang sama. Kejenuhan itu juga muncul dalam kegiatan kepenulisan yang saya lakoni, di mana saya mulai merasa bosan, jenuh, bahkan muak dengan tulisan-tulisan saya yang hanya berputar-putar di tema dan diksi yang itu-itu saja. Saya merasa tidak kemana-mana dan bahkan tidak mengalami pertumbuhan apapun.
Oh, bukan, saya bukan sedang berpikir untuk melakukan penemuan hebat apalagi sampai mengubah dunia, tapi saya sedang menganalisis kembali, makna dari hidup itu sendiri.


MANUSIA
Gabriel Marcel mengakui bahwa manusia bukanlah suatu problem yang akan habis dipecahkan, melainkan sebuah misteri yang tidak mungkin disebutkan sifat dan cirinya secara tuntas, sehingga perlu dipahami dan dihayati). Filsafat estinsealisme memandang manusia sebagai terbuk. Manusia adalah realtas yang belum selesai, yang masih harus dibentuk (Harun Hadiwiyono, 1980: 149). Rahasia yang menakutkan, tetapi juga rahasia yang menarik, rahasia yang mengajak supaya menyelidikinya. Oleh sebab itu sejak zaman dahulu manusia sudah menyelidiki dirinya sendiri (Driyarkara, 1978: 86).
Mungkin karena kemisteriusan itulah, sehingga manusia sendiri tidak bisa menghayati dan memahami hakihat keberadaannya. Tidak sedikit yang menjalani hidup dengan hanya menjadi peniru. Sesungguhnya, meniru bukan hal yang salah, bahkan dalam proses pembelajaran, meniru merupakan suatu cara metode belajar yang dianggap baik, api bila kita terus menerus berkutat pada kegiatan meniru berarti kita tidak mengalami perubahan apapun. Kesia-siaan.

CITA-CITA ATAU IMPIAN
“Kalau besar nanti, kamu ingin menjadi apa?”
Mungkin ketika masih kanak-kanak, kita akan dengan mudah menjawab pertanyaan itu, bahkan dengan penuh semangat dan suara lantang, akan mengatakan ingin menjadi dokter, presiden, Guru, Wartawan, dan segudang profesi lainnya. Bagaimana bila pertanyaan itu sedikit berubah bentuk, dan diajukan pada diri kita masing-masing saat ini?
“Apa tujuan hidup yang sebenarnya?
“Setelah ini, mimpi-mimpi apalagi yang ingin diraih? Atau kau bermimpi apa saat ini?
Pertanyaan itu pernah saya ajukan ke beberapa teman-teman dan rekan kerja. Saya sekedar ingin mencari tahu apakah itu hanya kerumitan isi kepala saya yang terkadang berada di luar jalur, atau di luar sana, banyak orang yang sampai mengalami kegelisahan karena tidak menemukan arti dari setiap hal yang dilakukan, termasuk rutinitas-rutinitas yang dijalani selama ini.
Lalu hidup baru bia dikatakan berarti bila telah melakukan penemuan hebat? Bagaimana dengan manusia yang ditakdirkan untuk menjadi biasa-biasa saja? Apakah manusia tersebut tidak berarti?
Bukan. Saya tidak sedang memikirkan hal-hal hebat, karena saya pun sangat terbatas baik dari tingkat kecerdasan maupun hal-hal lain. Tapi seseorang pernah berkata,
Ada orang yang memang ditakdirkan menjadi hebat dan melakukan penemuan-penemuan hebat. Tapi ada orang biasa-biasa saja, melakukan pekerjaan hebat dan akhirnya menjadi salah satu dari orang-orang yang disebut hebat itu.
Mungkin sedikit sama dengan kalimat bijak ini. Bakat hanya 1 persen selebihnya adalah usaha.
Kita tidak perlu menjadi orang hebat dulu untuk melakukan suatu hal yang hebat..

MANAJEMEN DIRI
Setelah melewati euphoria wisuda dan kelulusan, saya mulai diperhadapkan dengan masalah pekerjaan. Bukan hal yang mudah karena mesti bersaing dengan berjuta-juta sarjana dengan berbagai keahlian yang menjadi saingan saya. Setelah mengalami berkali-kali kegagalan, seseorang memberi beberapa saran untuk saya coba terapkan. Ketika itu, saya mulai mengevaluasi semuanya termasuk penyebab kegagalan . Ya, saat itu mencari pekerjaan menjadi tujuan hidup saya.
Saat itu saya mulai membuat grafik hasil test sehingga bisa melihat, apakah disetiap ujian saya mengalami peningkatan atau malah menurun, menganalisis kekurangan, dan tentu saja meningkatkan kualitas.

Proses pencarian itu memberi saya banyak pelajaran, dan saya sangat berterima kasih atas saran teman saya tersebut. Katanya dalam hal ini saya telah menerapkan manajemen diri dengan melakukan analisis SWOT.
Hal di atas sebenarnya tidak berpengaruh apa-apa dengan dunia ini, itu hanya masalah pribadi yang sepele, yang hampir semua orang menghadapinya.
Tapi yang menjadi perhatian saya bukan ke masalah tersebut, tapi proses dari penyelesaian dari masalah-masalah yang ada.

Mario Teguh berkata, Anda tidak akan bisa mengubah dunia bila tidak mengubah diri sendiri. Salah satunya mungkin dengan menerapkan manajemen diri. Pengenalan karakter akan menuntun kita untuk bisa mengetahui kelebihan dan kekurangan. Pengenalan akan membantu untuk mengatasi kekurangan dan meningkatkan kelebihan dengan observasi lebih mendalam.
Meski bukan garis finish, tapi saya berhasil melalui fase itu dengan gemilang (menurut pendapat saya, hehehe..) dan memuaskan. Tapi ternyata perasaan puas itu malah menuntun saya ke hal-hal yang bersifat stagnasi, tidak berubah, dan membosankan. Demikian juga dalam hal kepenulisan, ketika saya merasa puas, maka saya tidak belajar, padahal ilmu itu berkembang. jawaban malah hanya membuat kita berhenti untuk menemukan hal-hal hebat lainnya.

PROSES HIDUP
Benar adanya, hidup itu adalah proses. Proses mencari jawaban dari setiap pertanyaan-pertanyaan yang tak selesai. Bila kita merasa telah menyelesaikannya, maka sesungguhnya hidup itu telah berakhir meskipun kita masih bisa bernapas dan menjalankan aktivitas seperti biasa.
"Pertanyaan akan memicu penemuan hebat, pemikiran masyur bahkan permulaan yang agung. Sementara jawaban terkadang malah mengakhiri sebuah petualangan yang seru"
Mari mulai mengajukan pertanyaan pada diri sendiri, mungkin kelima kata tanya What, When, Where, Why, dan Who bisa membantu. Lalu melewati tahap demi tahap dari proses pencarian jawaban itu.
Ah, mungkin saya yang keterlaluan dalam memikirkan sesuatu, maaf bila catatanl saya ini melantur terlalu jauh.

1 komentar:

Nara Raisha mengatakan...

jadi inget status fb-ku akhir bulan lalu, "apa artinya hidup yang hanya menjalani hidup tanpa perubahan apapun?" saat itu aku merasa bosan dengan hidup yang aku lalui lebih dari tiga dasawarsa ini dan melihat bagaimana teman2ku menjadi dinamis :D

":) menjalaninya pasti suatu proses perubahan ra, hanya kadang gak terasa aja..." kata jeng Ria ^^

Posting Komentar