7.09.2011 | By: Fairynee

DAY 06: SURAT BUAT TETANGGA


Dear,
Saya tahu ini sebuah kelancangan, mengirim surat tanpa berkenalan lebih dulu, bahkan kita belum pernah sekalipun bertegur sapa sejak saya pindah di kompleks ini. Kesibukan masing-masing dan mungkin masalah-masalah yang tak pernah selesai membuat kita tidak memiliki kesempatan untuk bertatap muka apalagi berbincang-bincang, meski hanya sebentar.
Sebelum melanjutkan maksud dan tujuan saya mengirimkan surat ini, ada baiknya bila saya memperkenalkan diri, meski tak lajim karena kita tidak berjabat tangan secara langsung.
Panggil saya Rose. Rose saja tanpa embel-embel mbak, kak, apalagi tante (saya pikir usia kita tidak terpaut jauh atau bahkan sepantaran). Jangan tanya mengapa nama keluarga tidak mengikuti kata Rose, lagipula itu tidak penting, bukan? Kita bukan sedang dalam tahap prosesi perjodohan, yang mesti mengenal asal-usul masing-masing?
Saya mengerti akan kebingungan anda saat membaca surat ini, tapi saya merasa harus menyampaikannya. Mengapa dengan surat? Mengapa tidak menyampaikan secara langsung? Entahlah, mungkin saya terlalu sungkan, karena selama ini kita tidak pernah bertegur sapa, bahkan ketika saya pulang kerja dan melihat anda duduk di teras rumah sambil memetik gitar dengan serius, saya hanya tercenung sebentar, mengamati, lalu melanjutkan langkah, sementara anda terlalu larut dalam pikiran-pikiran anda sehingga tidak menyadari keberadaan saya.
Sebenarnya saya tidak terganggu bila setiap jam tujuh malam, anda memainkan gitar sambil bernyanyi di teras rumah. Saya tidak merasa terganggu sama sekali, meski petikan gitar terdengar begitu jelas dari balik jendela rumah saya ini. Tidak ada yang salah dengan permainan gitar anda, bahkan suara anda tidak bisa dikatakan jelek, jika kata bagus dianggap terlalu berbasa-basi. Pemilihan lagu juga tidak salah karena suara berat anda sangat pas menyanyikan lagu tersebut. Desah suara yang diseret benar-benar menyampaikan kesedihan yang ingin diutarakan si pencipta lagu. Tapi lagu itu justru mengganggu ketenangan saya. Sekali lagi saya tegaskan bukan karena permainan gitar apalagi suara anda, tapi lagu itu mengingatkan saya akan mimpi buruk yang berusaha saya lenyapkan dari ingatan.
Setiap kali mendengar lagu itu,  saya terseret kembali dalam lubang hitam yang sangat ingin menelan saya.  Saya tahu ini sedikit tidak masuk akal. Anda mungkin akan berpikir betapa labilnya saya, seperti remaja ingusan yang mudah mencucurkan air mata karena tayangan mengharu biru sinetron di televisi. Tapi saya benar-benar tidak bisa menekannya, tiap kali mendengar anda menyanyikan lagu itu, saya hanya bisa memandang anda dari balik jendela, menggigit bibir, sambil menguatkan diri untuk bisa menegur anda dan mengatakan kalau lagu itu mengganggu saya. Sekali lagi saya katakan, saya bukan keberatan dengan kebiasaan yang anda lakukan. Dalam hal ini saya merasa kita kontradiktif. Bisa ditebak, pasti lagu itu memiliki kenangan terindah bagi anda sehingga tiap malam selalu dilantunkan, dengan raut wajah yang serius, bahkan sampai memejamkan mata karena meresapi lirik demi lirik. Sekali lagi saya meminta maaf untuk permintaan aneh saya ini.
Semoga anda tidak terganggu dengan surat ini, dan saya harap setelah ini tidak ada ketidakenakan yang semakin perlebar jarak silahturahmi kita sebagai tetangga. Sejujurnya, saya menyukai permainan gitar dan suara anda.

Salam saya,

 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Note: Ide ngasal, bahkan bingung menentukan judul tapi yang penting sih nulis kan, yah? (cari dukungan, hehehhee...)
 

0 komentar:

Posting Komentar